Bahasa Madura Itu Unik

September 14, 2017


Menurut Anda, apakah bahasa daerah itu kono, norak, katro, bahkan ndeso? buktinya Indonesia kaya dengan bahasa daerahnya yang sebanyak 1158 itu.

Disini saya akan memperkenalkan sedikit bahasa daerah dari leluhur saya. Yap, Bahasa Madura. Pastinya Anda tahu bahasa Madhure yang unik itu, dong?



Dialek Unik Pulau Karapan Sapi

Dhe' remma kabereh? (apa kabar?), itulah bahasa Madura. Mendengar Madura, apa yang terbesit dipikiran Anda?

Mulai dari Pulau yang gersang, senjata clurit, pakaian khas garis-garis merah putih, karapan sapi, jembatan suramadu, kain/sarung yang melekat dipinggang, pulau penghasil garam terbesar di Indonesia, dan yang pasti dialek khas Madura itu sendiri.

Masyarakat Madura memiliki kebudayaan yang berbeda dengan kebudayaan masyarakat pada umumnya. Masyarakat Madura memiliki corak, karakter dan sifat yang berbeda dengan masyarakat Jawa. Masyarakatnya yang santun, membuat masyarakat Madura disegani, dihormati bahkan “ditakuti” oleh masyarakat yang lain.

Kebanyakan masyarakat Madura termasuk penganut agama Islam yang tekun. Dapat dibuktikan dengan banyaknya masjid-masjid megah berdiri di Madura dan tidak hanya itu saja, ditambah lagi mereka juga berusaha menyisihkan uangnya untuk naik haji. Dari hal tersebut tidak salah kalau masyarakat Madura juda dikenal sebagai masyarakat santri yang sopan tutur kata dan kepribadiannya.

Bahasa Madura mempunyai sistem pelafalan yang unik. Begitu uniknya sehingga orang luar Madura yang berusaha mempelajarinyapun mengalami kesulitan, khususnya dari segi pelafalannya. Mengetahui orang Madura dengan mudah dapat dipastikan dengan ucapan/logat Madura yang khas. Logat Madura yang sudah melekat pada seseorang dapat dirasakan walaupun dia berbicara Bahasa Indonesia.

Beberapa orang Indonesia sering meremehkan bahasa daerah, contohnya Bahasa Madura. Bahasa daerah di cap kuno oleh beberapa masyarakat yang kebarat-baratan. Seperti yang pernah saya alami, dari SD sampai bangku kuliah masih ada saja yang menertawakan saya apabila berbicara bahasa Madura, bahasa daerah yang terkesan jadul. Padahal bahasa daerah itu termasuk kekayaan Indonesia.


Tak hanya Jawa yang memiliki aksara jawa kuno (honocroko), Madura juga memiliki huruf original. Namanya sudah tak asing dan aneh di telinga orang Madura, tentunya Aksara Carakan Madhura (Anacaraka)”.

Umi saya asli Madura, Lahir dan besar di Madura juga Pesantren di Madura. Beliau diajarkan abhâsah Madura (baca: abesah) yang artinya berbahasa. Abhâsah biasanya digunakan ketika kita berkomunikasi dengan lawan bicara yang lebih tua, karena abhâsah itu bahasa Madura yang diperhaluskan pelafalannya. Umi selalu memberi wejangan untuk mengingat asal-usulnya. “Walaupun lahir di Jakarta, tinggal di Jakarta, jangan melupakan akar kita,” kata Umi.

Pelafalan bahasa Madura yang yang njelumet membuat yang mendengar suka pusing sendiri. “terkesan nge-rap,” kata Hidayat, seorang teman saya saat mendengar orang Madura berbicara.

Sebagian besar orang Indonesia beranggapan ketika orang Madura berbicara bahasa daerahnya terdengar kasar. Bahasa Madura dengan Pelafannya yang unik dan memang logat khasnya itulah menjadi daya tariknya.

Masyarakat luar Madura pertama kali melihat/mendengar percakapan orang antar suku Madura, yang terlihat adalah semacam pertengkaran. Karena memang dialek yang berwarna seperti itu. Itu yang menjadikan suatu polemik, ada yang beranggapan bahasa Madura adalah bahasa yang kasar dalam artian konotasi.

Berbicara bahasa Madura, pelafalan yang saya gunakan sehari-hari itu sangatlah unik. Terdapat beberapa kata belakang juga digunakan di depannya, seperti rakora (cuci piring) kata itu bersumber dari kora, ‘ra’ di depan sebenarnya tidak ada. Contoh lain penampe (melipat) berasal dari kata nampe, tesate (sate) berasal dari kata sate/satai, dsb.

Sudah seharusnya sebagai warga negara Indonesia saling mengharigai dan tidak menghakimi budaya lain. Biarlah keberagaman bahasa menjadi indah dalam satu bhineka tunggal ika.

Hargailah bahasa daerah mengingat globalisasi yang semakin hari menggerus bahasa Ibu, bahasa nenek moyang yang harus dilestarikan.







Terima kasih sudah membaca tulisan diatas. saya sadar tulisannya masih kurang baik, oleh karena itu dimohon kritik dan saran yang membangun🙏

4 komentar:

  1. Saya salut dengan orang madura yang masih berpegang erat dengan budayanya, juga tentang mereka yang tekun dalam menganut islam. Salah satu contohnya ialah ada banyak pesantren yang berdiri di Madura. Mereka tidak perduli dengan westernisasi yang sudah mulai masuk ke Indonesia.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih kawan sudah menanggapi tulisan ini. Semoga bermanfaat ya untuk Anda. Memang seharusnya kita juga ikut serta melestarikan budaya ya, karena kalau bukan kita siapa lagi.

      Hapus
  2. Sptinya masyarakat indonesia sudah terpengaruh dgn pengulangan ala bhs madura sudah sy sering dengar spt te-sate sing-pusing yo-ayo.... skrg bukan org madura saja.

    BalasHapus
  3. dalam contoh "ra-kora". "Sa'sassa"
    Itu bentuk kata jamak. Contoh dalam bahasa indonesia "murid-murid" tapi org madura tak mau ribet hanya di ambil ujungnya saja "rid-murid. Dan masih banyak contoh lain dlm bahasa madura hanya diambil ujungnya sj. Maka jika tdk dipahami satu kalimat akn sulit dipahami

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.