Curahan Hati Anak Broken Home

September 22, 2017
foto: Google


Kata siapa anak broken home hidupnya berantakan? Anak seperti apa dulu dia. lemahkah atau tangguhkah dia menjalaninya.

Setiap keluarga takkan menginginkan perceraian dalam rumah tangga demikian, dengan anak yang menjadi korban perceraian tersebut.

Menjadi korban perceraian membuatku buta dan tuli tanpa kesempurnaan cinta seorang ibu. Berjalan pincang di kegelapan tanpa sosok ayah. Betapa tidak, kalau aku menjadi salah satu korban perceraian dari jutaan manusia.

Perdebatan kecil kalian yang seringku saksikan membuatku dewasa bersama lugunya seragam putih biru saat itu. Karena aku tahu keluarga kecil kita sudah di ujung tanduk. Aku mencoba menjadi kuat ketika rumah kecil kita menjadi goyah dan tak tahu arah.

Padahal kalian sadar kehadiran anak, sejatinya adalah anugerah, titipan Tuhan yang harus dijaga dan dilimpahi kasih sayang. Aku tidak marah kepada kalian, Ma, Pa. Tidak, setitikpun tidak. Selalu kuintai doa dalam sujudku di setiap malam dengan derai air mataku yang basahi pipi. Doaku dan kalian pastilah sama ‘semoga dalam keadaan baik-baik saja’.

Aku selalu berharap Tuhan tidak memisahkan keluarga kecil kita. Akan tetapi, Dia sudah menakdirkan ini untuk kita. Mungkin lebih baik seperti ini karena Dia Maha Tahu segala hal yang baik untukku, Mama, dan Papa. Tidak ada lagi percecokkan di hadapanku yang membuat sakit batin dan jiwa jika melihatnya.

Perceraian kedua orang tua yang membuatku yakin setiap manusia memiliki lembar kehidupan yang kelam dalam perjalanan hidupnya.

Kini aku telah dewasa, ma, pa. Kedewasaan ini membuatku memahami bahwa rezeki, umur, dan pasangan sudahlah takdir-Nya. Walaupun Dia tidak melarang perceraian ini tetapi Ia membencinya sama sepertiku. Dengan perlahan akan aku obati luka ini mengusapnya dengan lembut penuh kehati-hatian.

Seperti kata pepatah “segala sesuatu pasti ada hikmahnya”. Banyak pelajaran hidup yang aku ambil dari perceraian mama dan papa. Aku bisa menghadapi masalah ketika anak-anak lain masih tergantung kepada orang tuanya.

Dengan tumbuh dalam keluarga yang tak lagi utuh, aku bisa berpikir lebih dewasa yang menuntunku menjadi anak yang disiplin dan mampu memikul beban hidup yang cukup berat. Aku juga bisa bertahan hidup seperti menabung karena untuk mendapatkan sesuatu bukan hal yang mudah.

Meskipun begitu, perceraian kalian takkan menggalangiku untuk mengejar mimpi. Perceraian kalian mengajarkanku bersabar dan mandiri menghadapi dinamika hidup dan membuatku menjadi seorang yang tangguh.

Sekarang mama dan papa tak perlu khawatir lagi dengan masa depanku. karena Perceraian kalian menuntunku memetakan masa depanku tentang bagaimana aku harus mempersiapkan diri agar keluargaku nanti tak hanya sampai di tengah jalan. Perceraian kalian membimbingku untuk berbenah menjadi manusia yang berkualitas dan mampu mendidik anak-anakku dengan pendampingku membentuk keluarga yang harmonis kelak.







Tulisan ini telah dimuat di Depokpos pada 14 mei 2017

2 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.