Wisata Baru: Lapangan Banteng Jadi Destinasi Taman Sejarah

Juli 28, 2018

Matahari siang itu menghujam jalanan Ibu Kota, terik sekali. ‘Kawanku memboncengiku dengan sepeda motor melaju melewati Jl. Perwira lalu ke Jl. Lapangan Banteng Selatan dengan tujuan ke Monumen Pembebasan Irian Barat atau biasa dikenal dengan Taman Lapangan Banteng. Lapangan Banteng ini dekat dengan kawasan wisata Monas yang berjarak 3 km. Sedangkan jarak lapangan banteng dengan Masjid istiqlal hanya 650 meter, bisa jalan kaki, lho.

Btw, Lapangan Banteng yang memiliki luas +/- 5 hektare ini baru diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, Rabu (25/7/18) setelah dilakukannya revitalisasi. Revitalisasi ini menurut Tempo.co pertama kali dicetuskan oleh Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang saat itu masih menjadi gubernur. Proyek ini digagas dengan tidak menggunakan dana pemerintah sebab seluruh pembiayaan ditanggung pihak swasta melalui skema kompensasi koefisien lantai bangunan dan dana Corporate Social Responsibility (CSR).

Gambar: Peta Lapangan Banteng

Lapangan Banteng setelah direvitalisasi terlihat lebih elok dipandang dan pastinya menjadi daya tarik wisata baru untuk warga Jakarta dan sekitarnya. Bagaimana tidak, simbol patung pembebasan Irian Barat itu makin terlihat gagah dan megah dengan dikelilingi taman yang asri dengan pohon yang menyejukan dan rindang. Untuk yang suka hunting foto, tempat ini memiliki spot-spot foto yang keren dan pastinya instagramable.

Ada apa saja sih di Lapangan Banteng? Selain ada patung pembebasan yang untuk dikenang dan dijadikan spot fotogenik terdapat juga fasilitas yang disuguhkan, seperti mushola, toilet, bangku-bangku cantik, amphiteater, lapangan sepak bola beserta ruang ganti pakaian, lapangan basket, ada dua taman bermain anak dengan permainan dan aman pastinya terletak di plaza barat dan selatan monumen, di sana jangan takut kehausan karena disediakan keran minum, lho. Daya tarik utamanya adalah kolam air mancur menari warna-warni juga dihadirkan di Lapangan Banteng.

Taman di Plaza Selatan




 
lapangan sepak bola

Air mancur warna-warni yang bisa menari menjadi unggulan paling banyak ditunggu-tunggu. Air mancur ini menari selama 15 menit dan digelar setiap sabtu dan minggu dan akan dinyalakan tiga kali, pukul 18.30, 19.30, dan 20.30, jangan kelewatan ya! Ada lagi yang membuat cantik monumen ini saat malam hari, cahaya lampu di area tempat duduk  dan lorong menuju tugu monumen sangat ciamik sekaliiii.

Lapangan Banteng bisa juga untuk olahraga seperti lari. kawasan ini menyediakan jogging track yang disandingkan dengan lapangan sepak bola, kalau sudah lelah bisa ngadem santai di taman deh. Mau lari pagi monggo, siang boleh, malam apalagi karena jam operasional Lapangan Banteng ini Senin-Jumat pukul 09.00 - 22.00, Sabtu dan Minggu hingga pukul 24.00.  Ada juga batu kesehatan (batu yang diinjak-injak itu, lho) atau batu refleksi yang banyak khasiatnya, contohnya memperlancar sirkulasi darah, membuat tidur menjadi nyenyak, dan memperhalus kulit wajah.


                                                                                                   batu refleksi

Sejarah Monumen Pembebasan Irian Barat

Monumen patung yang berada di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat pasti tak asing lagi dipandang mata. Monumen yang bernama patung Pembebasan Irian Barat itu dibangun Presiden Soekarno tahun 1962 yang terinspirasi dari perjuangan Indonesia merebut kembali Papua (dulu disebut Irian) dari cengkraman Belanda.

Pembuat patung Pembebasan Irian barat adalah Edhi Sunarso. Ia lahir di Salatiga, Jawa tengah pada Sabtu, 2 juli tahun 1932 dan menghembuskan nafas terakhirnya Senin, 4 Januari 2016. Mungkin nama Edhi Sunarso tidak begitu banyak dikenal oleh masyarakat umum, apalagi oleh anak muda jaman sekarang. Tetapi Presiden RI pertama telah mengakui kehebatan seniman ini. Kalian juga harus tahu bahwa di balik namanya yang ‘tidak terlalu terkenal’ terlahir banyak karya fenomenal yang kerap kali di temukan di Jakarta. 



Pernah melihat Monumen Selamat Datang yang ada di Bundaran Hotel Indonesia (HI), atau Patung Pembebasan Irian Barat yang ada di Lapangan Banteng, dan Patung Dirgantara yang ada di Pancoran? Sebenarnya, orang-orang akan langsung ‘ngeh’ jika karyanya disebutkan. Tanpa mereka tahu sosok di balik pembuatan semua mahakarya tersebut. Beliau menghasilkan karya sejak 1953 hingga 2000 dan menghasilkan 11 patung monumen dan sembilan diorama sejarah. WOW.

Selama berpuluh-puluh tahun ia mengabdikan diri sebagai pematung yang banyak menciptakan karya berupa monumen bersejarah yang dapat membangkitkan rasa nasionalisme Bangsa Indonesia. Berkat Monumen Pembebasan Irian Barat, nama Edhi mulai banyak dikenal dan dipercaya memegang kendali dalam seni pahat Indonesia saat itu. Karya-karyanya dianggap selalu menarik, historis, dan nasionalis.
Patung Pembebasan Irian Barat terinspirasi dari bukan sembarangan orang, dia adalah Johannes Abraham Dimara. Patung tersebut memperlihatkan tanda kebebasan dengan tangan dan kaki yang terlepas dari rantai sambil seraya memekikan, “Merdeka!” yang menjadikan tugu ini sangat nasionalis, berbeda dan unik.  Mungkin kamu yang hidup saat ini asing dengan namanya, namun sesungguhnya perjuangan putra Papua ini luar biasa.

Johannes Abraham Dimara
Lahir di Korem, Distrik Biak Utara pada 16 April 1916, Dimara menjadi provokator yang menggerakan penduduk untuk melawan Belanda di tahun 1954. Kala itu dirinya tergabung dalam Organisasi  Pembebasan Irian Barat (OPI). Perjuangan Dimara bukan sekedar mengangkat sejata. Tahun 1961, dirinya dikirim menjadi perwakilan Indonesia di forum Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB). Langkah Dimara ini berujung pada New York Agreement tahun 1962 yang berisi kebebasan masyarakat Papua untuk menentukan nasibnya, bergabung dengan NKRI atau tetap mandiri. Sepak terjang Dimara tak berhenti. Dia pula yang menjadi tokoh pengibaran bendara merah putih di Papua.
Nah! Setelah direvitalisasi dan kalian sudah mengetahui sejarahnya, ayo kita jaga dan rawat dengan baik agar terus terlihat indah dan gagah monumen bersejarah ini. Cara paling mudah menjaganya dengan membuang sampah pada tempatnya (please, tolong, kumohon cara ini mudah sekali!), dan tidak melakukan vandalisme seperti mencorat-coret fasilitas atau apapun yang ada di sana. Bukankah  manusia akan terlihat lebih baik dan terhormat jika dia berperilaku baik kepada benda mati sekali pun? - (lyl)



Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.